Santri yang ikut ‘ndalem’ rata-rata kalau tidak menghibur ya menjengkelkan Kiyainya. Sebut saja Tukin. Dia adalah seorang santri ‘ndalem’ yang sekaligus menghibur dan menjengkelkan bagi Kiyainya, Kiyai Bisri Musthofa.
Pulang dari menghadiri hajatan, Kiyai Bisri meletakkan payung di depan pintu. Setelah hujan reda, beliau menyuruh Tukin untuk memasukkan payung.
“Kin, payung itu bawa masuk!”
“Inggih, (ya)” kata Tukin sambil lari ke dalam, bukannya ke luar rumah.
“Loh, payung di luar itu l!” teriak Kiyai Bisri heran.
“Inggih,” jawab Tukin masih terus menuju ke dalam rumah.
“Loh, kok kamu malah kesana itu mau apa?” tanya Kiyai Bisri bingung.
“Mau cari obeng,” jawab Tukin kalem.
“Obeng untuk apa?” tanya Kiyai Bisri semakin bingung.
“Untuk nyopot pintu ini, Yai. Payungnya lebar, kalau pintunya tidak dicopot, tidak bisa masuk payungnya.”
“MasyaAllah, Tukin, Tukin,” teriak Kiyai Bisri sambil tertawa, “Mengapa tidak telingamu saja yang dicopot?”
Ganti Tukin yang bingung.
--0o0o0--
Sering kali kita marah untuk melampiaskan emosional kita ketika anak atau pun murid kita tidak paham paham dengan apa yang kita perintahkan.
"Guoblok kamu, kaya gitu saja tidak bisa!"
"Payah kamu, gitu saja tidak ngerti!"
Tapi tidak untuk, Kiayi Bisri. Beliau justru tertawa melihat keluguan Santrinya dan menanggapinya dengan lelucon sindiran halus.... Perlu kita contoh.
Menasehati, mengarahkan, membetulkan tidak mesti harus dengan amarah, tapi dengan sindiran halus atau humor pun bisa dan justru lebih menyehatkan. Insya Allah.
Pulang dari menghadiri hajatan, Kiyai Bisri meletakkan payung di depan pintu. Setelah hujan reda, beliau menyuruh Tukin untuk memasukkan payung.
“Kin, payung itu bawa masuk!”
“Inggih, (ya)” kata Tukin sambil lari ke dalam, bukannya ke luar rumah.
“Loh, payung di luar itu l!” teriak Kiyai Bisri heran.
“Inggih,” jawab Tukin masih terus menuju ke dalam rumah.
“Loh, kok kamu malah kesana itu mau apa?” tanya Kiyai Bisri bingung.
“Mau cari obeng,” jawab Tukin kalem.
“Obeng untuk apa?” tanya Kiyai Bisri semakin bingung.
“Untuk nyopot pintu ini, Yai. Payungnya lebar, kalau pintunya tidak dicopot, tidak bisa masuk payungnya.”
“MasyaAllah, Tukin, Tukin,” teriak Kiyai Bisri sambil tertawa, “Mengapa tidak telingamu saja yang dicopot?”
Ganti Tukin yang bingung.
--0o0o0--
Sering kali kita marah untuk melampiaskan emosional kita ketika anak atau pun murid kita tidak paham paham dengan apa yang kita perintahkan.
"Guoblok kamu, kaya gitu saja tidak bisa!"
"Payah kamu, gitu saja tidak ngerti!"
Tapi tidak untuk, Kiayi Bisri. Beliau justru tertawa melihat keluguan Santrinya dan menanggapinya dengan lelucon sindiran halus.... Perlu kita contoh.
Menasehati, mengarahkan, membetulkan tidak mesti harus dengan amarah, tapi dengan sindiran halus atau humor pun bisa dan justru lebih menyehatkan. Insya Allah.
Komentar
Posting Komentar