Waliyulloh adalah orang yang dhohir dan batinnya selalu mengikuti ajaran Nabi Saw, meyakini berita-berita ghoib yang dibawa Nabi Muhammad Saw dan selalu mengerjakan kewajiban-kewajiban Alloh dan menjauhi larangan-larangannya.
Barang siapa tidak mengimani ajaran yang dibawa oleh Nabi Muhammad Saw, misalnya menganggap sholat tidak wajib, maka dia kafir. Dan barang siapa meninggalkan perintah-perintah agama, misalnya tidak mengerjakan Sholat, puasa, zakat, haji bagi orang yang mampu dan sebagainya atau melanggar larangan-larangan agama misalnya berjabat tangan dengan wanita yang bukan mahromnya, memandang wanita yang bukan mahromnya dan sebagainya, maka dia adalah WALI SYAITHON, bukan waliyulloh meski pun orang tersebut memiliki Keistimewaan-keistimewaan yang luar biasa.
Berkata Ibnu hajar al-Asqolani dikitab Fath al-Baari, syarah al-Bukhori :
" Pendapat yang paling baik dari apa yang diturunkan para ulama' ialah : " Hendaknya orang yang memiliki sesuatu yang luar biasa itu diteliti terlebih dahulu, jika memang berpegang kepada perintah-perintah syariat dan menjauhi larangan-larangannya, maka itu merupakan tanda-tanda Waliyulloh. Dan jika tidak berpegang kepada syariat, maka bukan tanda-tanda kewalian ".
Berkata didalam Kitab Siroj ath-Tholibin :
" Setiap orang yang tindakannya berlawanan dengan syariat, maka dia tertipu dan terpedaya Syaitan ".
Suatu ketika Abu yazid al-Busthomi ingin bertemu dengan seorang lelaki yang sangat terkenal kewaliyannya. Sesampai di masjid yang biasa digunakan untuk beribadah oleh lelaki tersebut, Abu yazid menunggu dengan sabar hingga lelaki yang terkenal waliyulloh itu keluar dari dalam masjid. Lalu muncullah seorang lelaki yang berjalan menuju pintu masjid sambil meludah. Seketika itu juga Abu yazid pergi dan mengurungkan niatnya untuk menemui lelaki tersebut. Abu yazid berkata dalam hatinya : " Lelaki ini tidak bisa di percaya dalam mengamalkan adab-adab syariat. Lantas, bagaimana ia bisa dipercaya untuk memiliki rahasia-rahasia yang diberikan Alloh kepada wali-walinya ??".
Berkata Syaikh al-islam didalam kitab Siroj ath-Tholibin juz 1 hal:17 :
" Kejadian luar biasa yang di lakukan oleh seseorang, tidak bisa dijadikan pegangan dalam menentukan kewalian. Karena terkadang seseorang yang memiliki kelebihan-kelebihan itu justru terpedaya syaitan dan mahluk pembohong. Bukankah Dajjal yang muncul di akhir zaman kelak, memiliki surga dan neraka, bisa mematikan dan menghidupkan orang mati ?
Jangan engkau terbujuk dengan hal-hal yang menakjubkan dan kata-kata yang indah !
Sesungguhnya tolok ukur seorang waliyulloh adalah di lihat dari keistiqomahan-nya menjalani perintah-perintah Alloh dan menjauhi larangan-larangannya".
Banyak sekali orang awam yang tertipu dengan menganggap wali terhadap orang yang mampu melakukan hal-hal yang luar biasa, misalnya seperti : mengetahui peristiwa-peristiwa yang sudah lewat atau peristiwa yang akan datang, Bisa mengobati orang sakit, Memiliki kekebalan, Bisa berjalan diatas Air, bisa terbang, bisa menghilang, dan sebagainya.
Anggapan tersebut tidak sepenuhnya SALAH, karena hal-hal yang luar biasa itu mungkin merupakan karomah yang menjadi tanda-tanda kewalian, jika memang terjadi pada orang yang Sholeh dan bertaqwa kepada Alloh Swt.
Namun, jika hal-hal yang luar biasa tersebut keluar dari orang Fasik atau orang yang tidak mengerjakan ibadah kepada Alloh Swt seperti : pendeta atau tukang sihir, maka jelas-jelas bukan merupakan karomah dan tidak bisa di jadikan tanda-tanda kewalian.
Ada sebagian orang yang di kultuskan oleh para pengikutnya dan mengaku telah wushul kepada Alloh Swt, Manunggal dengan sang pencipta, bahkan melihat kepada Alloh dengan mata kepalanya sendiri. Padahal ajarannya banyak yang menyimpang dari ajaran Nabi Saw.
Orang seperti ini jelas Sesat sekali dan menyesatkan dan hendaknya jangan di ikuti.
Imam Al-Ghozali berkata di dalam kitabnya Ihya' Ulumuddin juz 1 hal:36 :
" Syathhu yang kami maksudkan adalah dua macam ucapan yang di ada-adakan oleh sebagian orang sufi. Salah satunya pengakuan panjang lebar tentang keasyikan dengan Alloh Swt, dan bahwa dirinya telah sampai pada derajat wushul kepada Alloh yang menyebabkan terbebas dari amalan-amalan dhohir, sehingga dijumpai orang-orang yang mengaku menyatu dengan Alloh, tersingkap hijab antara dirinya dan Alloh, Menyaksikan Alloh dengan mata kepala, dan bercakap-cakap secara lisan dengan Alloh, lalu mereka mengatakan : " telah dikatakan padaku begini..., dan aku berkata kepada Alloh begini..., mereka menyerupai Husain bin Mansyur al-Hallaj yang dihukum pancung karena mengucapkan kata-kata seperti ini... Maka orang seperti ini keburukannya tersebar luas diberbagai penjuru negeri dan membahayakan orang-orang awam, sehingga barang siapa mengucapkan kata-kata di atas, maka demi menegakkan agama Alloh, Membunuh orang tersebut Lebih utama dari pada menghidupi sepuluh orang".
Lebih celaka lagi adalah orang yang menganggap dirinya sebagai golongan Ahli Hakekat yang merasa sudah sampai kepada Alloh, sehingga tidak lagi dibebani kewajiban sholat,puasa, zakat, dan haji bila mampu dan lain-lain sebagainya.
Mereka punya anggapan, bahwa kewajiban-kewajiban tersebut hanya dibebankan kepada Ahli syariat.
Berkata Imam Al-Ghozali dikitab I'anah athTholibin juz 4 hal 139 :
" Barang siapa mengatakan bahwa dirinya memiliki haal (keadaan ruhani) bersama Alloh yang membebaskan dirinya dari kewajiban sholat atau dari larangan minum khomr, maka membunuhnya adalah WAJIB, meskipun perlu ditinjau kembali mengenai kekalnya orang tersebut didalam neraka. Dan membunuh orang seperti ini lebih utama dari pada membunuh seratus orang kafir".
Komentar
Posting Komentar