Ujian Madrasah tinggal menghitung hari. Sebagai orang tua, Pak Slamet tidak ingin anaknya gagal dalam mengikuti ujian kenaikan kelas. Entah sudah berapa tahun si Sodron duduk dibangku Tsanawi, tidak naik-naik ke tingkat 'Aliyah. Hingga akhirnya Pak Slamet pun emosi.
Pak Slamet : "Sodron, Pokoknya Bapak tidak mau tahu. Tahun ini kamu harus lulus ujian! Harus bisa naik ke 'Aliyah."
Sodron : "Iya, Pak"
Pak Slamet : "Jangan cuma iya iya. Kamu tahu tidak, sudah tiga kali kamu tinggal kelas, itu berarti Bapak sudah tiga kali jual sapi buat biaya mondok kamu ditingkat Tsanawi. Kamu tahu, yang butuh biaya bukan cuma kamu. Adikmu itu juga pengen masuk pesantren. Ngerti kamu?" (biaya mondok pesantren itu lebih mahal dari pada kuliah).
Sodron : "Mengerti, Pak."
Pak Slamet : "Ngerta.. ngerti.. ngerta.. ngerti.. Saja bisamu. pokoknya.. Kalau sampai tahun ini kamu gagal. JANGAN PERNAH MENGENAL BAPAKMU LAGI. Sana kerja cari duit sendiri buat biaya mondokmu itu!"
Seminggu telah berlalu, Sodron sudah berjuang mati matian untuk mendapatkan nilai bagus dan dengan harapan bisa naik kelas. Namun apa daya takdir berkata lain. Ia harus tetap tinggal di Tsanawi. Sodron bingung, harus bilang apa nanti ke Bapaknya.
Sesampainya di rumah . . .
Pak Slamet : "Dron, mana hasil ujianmu? Lulus tidak?"
Sodron : "Ngapunten, jenengan sinten nggeh?" ("MAAF, ANDA SIAPA YA?")
Pak Slamet : "??????!!!!!!"
--0o0o0--
Sebagai orang tua, sudah seharusnya kita itu bertutur kata yang baik kepada anak. Karena orang tua adalah panutan anak. Juga jangan pernah sampai mengungkit-ungkit masalah harta yang sudah dihabiskan untuk keperluan anak. Anak akan merasa menyesal dan merasa dirinya adalah beban. Ini dapat membuat keterpurukan mental anak.
Jika kita ingin dihormati oleh anak kita, ya mulailah dari diri kita untuk menghormati dan menyayangi anak. Kita tak akan selamanya muda, kita tak akan selamanya kuat. Suatu hari nanti kita akan tua, kita akan lemah. Jika sudah begini, siapa yang akan merawat kita? Tentu saja anak kita!
* * *
ANAK-ANAK BELAJAR DARI PERLAKUAN YANG DIALAMINYA
Jika anak dibesarkan dengan amarah celaan, ia belajar memaki.
Jika anak dibesarkan dengan permusuhan, ia belajar berkelahi.
Jika anak dibesarkan dengan cemoohan, ia belajar rendah diri.
Jika anak dibesarkan dengan penghinaan, ia belajar menyesali diri.
Jika anak dibesarkan dengan toleransi, ia belajar menahan diri.
Jika anak dibesarkan dengan dorongan, ia belajar percaya diri.
Jika anak dibesarkan dengan sebaik-baiknya perlakuan, ia belajar keadilan.
Jika anak dibesarkan dengan kasih sayang dan persahabatan, ia belajar menemukan cinta dalam kehidupan.
* * *
Ya Alloh, jadikanlah putra putri kami anak yang sholih sholihah, taat kepadaMu, kepada RasulMu dan juga kepada orang tuanya. Jadikanlah mereka anak yang cerdas, berguna bagi nusa, bangsa dan agama. Aamiin...
Pak Slamet : "Sodron, Pokoknya Bapak tidak mau tahu. Tahun ini kamu harus lulus ujian! Harus bisa naik ke 'Aliyah."
Sodron : "Iya, Pak"
Pak Slamet : "Jangan cuma iya iya. Kamu tahu tidak, sudah tiga kali kamu tinggal kelas, itu berarti Bapak sudah tiga kali jual sapi buat biaya mondok kamu ditingkat Tsanawi. Kamu tahu, yang butuh biaya bukan cuma kamu. Adikmu itu juga pengen masuk pesantren. Ngerti kamu?" (biaya mondok pesantren itu lebih mahal dari pada kuliah).
Sodron : "Mengerti, Pak."
Pak Slamet : "Ngerta.. ngerti.. ngerta.. ngerti.. Saja bisamu. pokoknya.. Kalau sampai tahun ini kamu gagal. JANGAN PERNAH MENGENAL BAPAKMU LAGI. Sana kerja cari duit sendiri buat biaya mondokmu itu!"
Seminggu telah berlalu, Sodron sudah berjuang mati matian untuk mendapatkan nilai bagus dan dengan harapan bisa naik kelas. Namun apa daya takdir berkata lain. Ia harus tetap tinggal di Tsanawi. Sodron bingung, harus bilang apa nanti ke Bapaknya.
Sesampainya di rumah . . .
Pak Slamet : "Dron, mana hasil ujianmu? Lulus tidak?"
Sodron : "Ngapunten, jenengan sinten nggeh?" ("MAAF, ANDA SIAPA YA?")
Pak Slamet : "??????!!!!!!"
--0o0o0--
Sebagai orang tua, sudah seharusnya kita itu bertutur kata yang baik kepada anak. Karena orang tua adalah panutan anak. Juga jangan pernah sampai mengungkit-ungkit masalah harta yang sudah dihabiskan untuk keperluan anak. Anak akan merasa menyesal dan merasa dirinya adalah beban. Ini dapat membuat keterpurukan mental anak.
Jika kita ingin dihormati oleh anak kita, ya mulailah dari diri kita untuk menghormati dan menyayangi anak. Kita tak akan selamanya muda, kita tak akan selamanya kuat. Suatu hari nanti kita akan tua, kita akan lemah. Jika sudah begini, siapa yang akan merawat kita? Tentu saja anak kita!
* * *
ANAK-ANAK BELAJAR DARI PERLAKUAN YANG DIALAMINYA
Jika anak dibesarkan dengan amarah celaan, ia belajar memaki.
Jika anak dibesarkan dengan permusuhan, ia belajar berkelahi.
Jika anak dibesarkan dengan cemoohan, ia belajar rendah diri.
Jika anak dibesarkan dengan penghinaan, ia belajar menyesali diri.
Jika anak dibesarkan dengan toleransi, ia belajar menahan diri.
Jika anak dibesarkan dengan dorongan, ia belajar percaya diri.
Jika anak dibesarkan dengan sebaik-baiknya perlakuan, ia belajar keadilan.
Jika anak dibesarkan dengan kasih sayang dan persahabatan, ia belajar menemukan cinta dalam kehidupan.
* * *
Ya Alloh, jadikanlah putra putri kami anak yang sholih sholihah, taat kepadaMu, kepada RasulMu dan juga kepada orang tuanya. Jadikanlah mereka anak yang cerdas, berguna bagi nusa, bangsa dan agama. Aamiin...
Komentar
Posting Komentar