Seperti biasa, setiap Jum'at pagi santri - santri bergiliran membersihkan masjid. Menyapu, menata sajadah, menyiapkan kotak infaq, sound sistem, mengisi bak wudhu, dan lain-lain untuk persiapan sholat Jum'at.
Pagi ini jadwalnya Shomat dan Ahmat yang bertugas. Mereka bersama-sama melakukan tugasnya dengan kompak dan baik. Semua tugas sudah dilaksanakan dengan baik, tinggal mengisi bak wudlu. Shomat pun menyalakan pompa air dan sambil menunggu bak penuh, mereka berdua pergi ngopi sekaligus sarapan di warung sebelah Masjid.
Sekembalinya mereka berdua dari sarapan dan hendak mematikan pompa air. Betapa terkejutnya mereka berdua ketika melihat ada seorang Bule yang sedang tiduran dilantai teras Masjid. Karena kelelahan dan kepanasan, bule itu menumpang berteduh.
Karena kebingungan, Shomat dan Ahmat pun menemui Kiyai Sodron.
Shomat : "Kiyai...! Kiyai...!" (setengah berteriak, shomat berlari menuju dalemnya kiyai, disusul ahmat dibelakangnya.)
Kiyai Sodron : "Ada apa ini? Ada apa? Kok teriak teriak segala?"
Shomat : "Gawat.. Kiyai..! Gawat...!"
Kiyai Sodron : "Siapa... Siapa...? Emang siapa yang jualan dawet?
Amat : "Masya Allah, bukan Dawet Kiyai tapi GAWAT... gawat Kiyai, ini gaswat eh gawat.." (amat ikut menimpali)
Kiayi Sodron : "Memangnya apanya yang gawat?"
Somat : "Itu Kiyai, di Masjid ada bude eh bule. Ada bule masuk Masjid, Kiyai."
Kiyai Sodron : "Lha kok bisa ada gule di Masjid? Emang siapa yang mengantar? Mungkin itu dari warga mau sedekah buat sarapan kalian."
Amat : "Inna lillaah... Bukan gule Kiyai, tapi BULE... BE . U . EL . E, bule Kiyai."
Kiyai Sodron : "Oh, bule. Ngomong dong dari tadi. Emang kenapa dengan si bule?"
Shomat : "Dia masuk Masjid, Kiyai. Dia tiduran di Masjid."
Kiyai Sodron : "Lah, memangnya kenapa kalau dia masuk Masjid."
Shomat : "Bule itu kan tidak boleh masuk Masjid, Kiyai. Dia kan kafir, orang kafir kan najis Kiyai. Nanti Masjidnya tidak suci lagi. Saya kan sudah capek ngepelnya."
Kiyai Sodron : "Loh, memangnya siapa yang bilang orang kafir tidak boleh masuk Masjid? Lah wong MASUK ISLAM saja boleh, apalagi cuma masuk Masjid."
Shomat & Amat : "???????"
--0o0o0--
- "Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam mengutus pasukan berkuda ke arah Najd, maka pasukan tersebut membawa seseorang dari bani Hanifah, orang tersebut bernama Tsumamah bin Utsaal, maka mereka pun mengikatnya di salah satu tiang masjid" (Shahih Al-Bukhari no 457)
Jasadnya orang kafir itu tidak najis, sehingga Nabi saw pernah mengikat seorang tawanan di dalam Masjid.
*Habib Novel Alaydrus, Mana Dalilnya 1, hal. 29
- "Hai orang-orang yang beriman, Sesungguhnya orang-orang yang musyrik itu najis." (QS At-Taubah : 28)
Sesuai firman Allah di atas, para ulama telah menjelaskan bahwa najis disini adalah keyakinannya bukan jasadnya. Jadi najis di sini adalah najis maknawi (abstrak) bukan secara hisii (konkrit). Oleh karenanya Allah menyatakan dalam firmanNya yang lain di dalam surat Al Maaidah : 90, bahwa menyembah berhala, berjudi itu adalah najis. Najis disini adalah maknawi dalam artian harus dihindari, bukan dzatnya bahwa patung itu najis.
- Wahai Sobat, sesuai keterangan di atas, bukankah telah jelas bahwa jasad orang kafir saja tidak najis. Apalagi jasad orang muslim. Oleh karena itu, berhati hatilah kita dalam berucap. Sering kali kita mendengar celoteh teman ketika diledekkin atau dijodoh jodohin dengan temannya. Tak jarang jika mereka yang tidak suka maka akan mengatakan, "Ih, sori sori lah yau, najis cuih."
Contoh lain, ketika ada seorang ikhwan merayu akhwat, "Hai, Neng. Akang suka sama, Neng." Sang akhwat pun membalas, "Ih, ogah. Najis tauk..!"
Naudzubillah, jika memang tidak suka. Harusnya kita bisa menolaknya dengan cara halus.
Pagi ini jadwalnya Shomat dan Ahmat yang bertugas. Mereka bersama-sama melakukan tugasnya dengan kompak dan baik. Semua tugas sudah dilaksanakan dengan baik, tinggal mengisi bak wudlu. Shomat pun menyalakan pompa air dan sambil menunggu bak penuh, mereka berdua pergi ngopi sekaligus sarapan di warung sebelah Masjid.
Sekembalinya mereka berdua dari sarapan dan hendak mematikan pompa air. Betapa terkejutnya mereka berdua ketika melihat ada seorang Bule yang sedang tiduran dilantai teras Masjid. Karena kelelahan dan kepanasan, bule itu menumpang berteduh.
Karena kebingungan, Shomat dan Ahmat pun menemui Kiyai Sodron.
Shomat : "Kiyai...! Kiyai...!" (setengah berteriak, shomat berlari menuju dalemnya kiyai, disusul ahmat dibelakangnya.)
Kiyai Sodron : "Ada apa ini? Ada apa? Kok teriak teriak segala?"
Shomat : "Gawat.. Kiyai..! Gawat...!"
Kiyai Sodron : "Siapa... Siapa...? Emang siapa yang jualan dawet?
Amat : "Masya Allah, bukan Dawet Kiyai tapi GAWAT... gawat Kiyai, ini gaswat eh gawat.." (amat ikut menimpali)
Kiayi Sodron : "Memangnya apanya yang gawat?"
Somat : "Itu Kiyai, di Masjid ada bude eh bule. Ada bule masuk Masjid, Kiyai."
Kiyai Sodron : "Lha kok bisa ada gule di Masjid? Emang siapa yang mengantar? Mungkin itu dari warga mau sedekah buat sarapan kalian."
Amat : "Inna lillaah... Bukan gule Kiyai, tapi BULE... BE . U . EL . E, bule Kiyai."
Kiyai Sodron : "Oh, bule. Ngomong dong dari tadi. Emang kenapa dengan si bule?"
Shomat : "Dia masuk Masjid, Kiyai. Dia tiduran di Masjid."
Kiyai Sodron : "Lah, memangnya kenapa kalau dia masuk Masjid."
Shomat : "Bule itu kan tidak boleh masuk Masjid, Kiyai. Dia kan kafir, orang kafir kan najis Kiyai. Nanti Masjidnya tidak suci lagi. Saya kan sudah capek ngepelnya."
Kiyai Sodron : "Loh, memangnya siapa yang bilang orang kafir tidak boleh masuk Masjid? Lah wong MASUK ISLAM saja boleh, apalagi cuma masuk Masjid."
Shomat & Amat : "???????"
--0o0o0--
- "Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam mengutus pasukan berkuda ke arah Najd, maka pasukan tersebut membawa seseorang dari bani Hanifah, orang tersebut bernama Tsumamah bin Utsaal, maka mereka pun mengikatnya di salah satu tiang masjid" (Shahih Al-Bukhari no 457)
Jasadnya orang kafir itu tidak najis, sehingga Nabi saw pernah mengikat seorang tawanan di dalam Masjid.
*Habib Novel Alaydrus, Mana Dalilnya 1, hal. 29
- "Hai orang-orang yang beriman, Sesungguhnya orang-orang yang musyrik itu najis." (QS At-Taubah : 28)
Sesuai firman Allah di atas, para ulama telah menjelaskan bahwa najis disini adalah keyakinannya bukan jasadnya. Jadi najis di sini adalah najis maknawi (abstrak) bukan secara hisii (konkrit). Oleh karenanya Allah menyatakan dalam firmanNya yang lain di dalam surat Al Maaidah : 90, bahwa menyembah berhala, berjudi itu adalah najis. Najis disini adalah maknawi dalam artian harus dihindari, bukan dzatnya bahwa patung itu najis.
- Wahai Sobat, sesuai keterangan di atas, bukankah telah jelas bahwa jasad orang kafir saja tidak najis. Apalagi jasad orang muslim. Oleh karena itu, berhati hatilah kita dalam berucap. Sering kali kita mendengar celoteh teman ketika diledekkin atau dijodoh jodohin dengan temannya. Tak jarang jika mereka yang tidak suka maka akan mengatakan, "Ih, sori sori lah yau, najis cuih."
Contoh lain, ketika ada seorang ikhwan merayu akhwat, "Hai, Neng. Akang suka sama, Neng." Sang akhwat pun membalas, "Ih, ogah. Najis tauk..!"
Naudzubillah, jika memang tidak suka. Harusnya kita bisa menolaknya dengan cara halus.
Komentar
Posting Komentar